“Masa Depan Perekonomian Indonesia”




Sebelum membicarakan masa depan perekonomian indonesia, kita juga harus mengetahui bagaimana sistem perekonomian saat ini? Begitu banyak masalah dan tantangan yang dihadapi oleh indonesia dalam berbagai aspek kenegaraan, khususnya dalam perekonomian. Banyak para ahli ekonomi yang memprediksi bahwa indonesia akan mengalami peningkatan dalam perekonomian pada masa yang akan mendatang. Bahkan menurut data Bank Dunia, jumlah PDB Indonesia mencapai 2,3 persen dari total PDB global. Cukup jauh dari PDB Amerika Serikat (AS) di urutan pertama sebesar 17,1 persen. Namun dengan potensi pertumbuhan dan besarnya sumberdaya yang dimiliki, sementara di lain pihak ekonomi AS dan negara maju lainnya cenderung stagnan, Indonesia diproyeksikan akan naik kelas seiring waktu. Salah satu investment bank terbesar di AS, Goldman Sachs pernah merilis Indonesia akan masuk enam besar kekuatan ekonomi dunia pada 2050. Saat itu, PDB Indonesia diprediksi mencapai 26,68 triliun dolar Amerika, dan pendapatan per kapita penduduk mencapai $78.478 dolar alias Rp 941.736.000 dalam setahun. Angka ini jauh di atas posisi saat ini, dengan PDB $878 miliar dolar dan pendapatan perkapita US$4.000 dolar.
Masuk akalkah? Ketika itu Goldman Sachs beralasan, pertumbuhan PDB Indonesia dalam rentang waktu 1970-2010 mencapai 7.217 persen. Di masa-masa awal Orde Baru itu, PDB Indonesia hanya di angka 9,66 miliar dolar dengan pendapatan per kapita 81,59 dolar. Faktanya, 40 tahun kemudian, PDB Indonesia melejit menjadi 706,56 miliar dolar dengan pendapatan per kapita hampir 3.000 dolar. Dengan potensi sumberdaya yang ada, Goldman meyakini pertumbuhan sebesar itu akan kembali tercapai dalam rentang waktu 40 tahun ke depan. Era kejayaan negara-negara anggota BRIC, seperti Brazil, Rusia, India dan China akan mulai pudar. Dan kini masa depan perekonomian dunia akan berada di genggaman empat negara yang disingkat MINT. Menteri Keuangan (Menkeu) Chatib Basri mengungkapkan, keempat negara berkembang penggerak ekonomi dunia di masa mendatang, antara lain Meksiko, Indonesia, Nigeria dan Turki. Banyak sekali prediksi/ramalan-ramalan yang disampaikan oleh para ahli ekonomi. Dari sekian banyak prediksi, semua prediksi mengarah pada pernyataan bahwa indonesia akan menjadi negara maju pada tahun yang akan mendatang, entah itu 10 atau berapa tahun lamanya. Padahal, jika kita melihat fakta/realitas yang terjadi sekarang begitu banyak ketidaksiapan indonesia dalam menghadapi laju perekonomian. Bisa kita lihat, pada tahun 2015 akan di langsungkannya MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) apakah indonesia siap menghadapi MEA tersebut? Tentu tidak. Kenapa demikian? Ya karena memang indonesia tidak akan mampu dan sanggup menghadapi MEA ini. Lihat keadaan indonesia sekarang, negera yang kaya akan sumber daya alam. Tapi apakah realitasnya demikian? Benarkah indonesia ini negara yang kaya? Tentu kita sudah bisa menjawabnya, indonesia memang negara yang kaya. Namun sangat disayangkan, pernyataan memang kadang tak sesuai dengan kenyataan yang sedang/akan terjadi. Sebagian besar Sumber daya alam yang dimiliki oleh indonesia telah berhasil diduduki oleh bangsa asing. Lihat saja PT FREEPORT di papua, yang penghasilannya mencapai triliunan atau bahkan ratusan triliun. Untuk siapa penghasilannya itu, ya penghasilannya itu dinikmati oleh pihak asing. Apakah indonesia tidak mendapatkan bagian? Sebesar itukah penghasilannya? Indonesia mendapatkan bagian dari penghasilan tersebut. Jika dikatakan seberapa besar, ya bagiannya memang tidak besar atau bahkan tidak akan mampu memberikan kesejahteraan bagi seluruh warga indonesia. Indonesia hanya mendapat 1% (satu persen) saja. Itulah fakta yang terjadi jika indonesia sudah membuka pintu bagi pihak asing, apalagi jika MEA nanti. Semua sumber daya yang ada di indonesia akan semakin mudah untuk pihak asing mengambilnya. Mereka akan dengan mudahnya keluar masuk negeri ini. Belum lagi dengan sumber daya manusia yang belum memadai, akan semakin menambah ketidaksiapan indonesia pada MEA mendatang.
Untuk itu, jika ditanyakan bagaimana kondisi perekonomian indonesia pada masa yang akan datang atau masa depan perekonomian indonesia, Indonesia harus mempelajari betul bagaimana posisinya saat ini dalam percaturan politik internasional. Saat ini pergeseran kekuatan perekonomian menuju Asia. China memegang posisi yang terdepan. Hanya China akan menjadi yang terbesar di dunia kalau AS tidak terlalu anjlok. Tetapi kalau perekonomian AS mengalami krisis berkepanjangan,maka perekonomian dunia, termasuk China akan menderita juga. Ini karena sistem perekonomian Kapitalisme-Liberal masih menjadi satu jaringan yang membelit dunia. Kemudian salah satu ciri perekonomian yang akan tampil ke depan adalah perekonomian dengan jumlah penduduk yang besar seperti China, India, Brazil dan Indonesia. Sehingga kalau melihat analisa perekonomian dunia, maka perekonomian negara maju seperti AS dan Eropa akan melemah, dan akan berkembang perekonomian dengan jumlah penduduk yang sangat besar terutama di Asia. Di sinilah sebenarnya Indonesia harus mempelajari peta kekuatannya. Memang perekonomian Indonesia tidak terlepas dari kepastian perekonomian AS dan Eropa. Tetapi, berbeda dengan China, perekonomian Indonesia lebih bersifat domestik. Ekspornya hanya sekitar 28% dari PDB. Inilah yang sebenarnya juga menyelamatkan Indonesia sehingga tidak terseret krisis terlalu jauh. Sebenarnya kondisi Indonesia akan tetap stabil dan mungkin akan semakin bertumbuh apabila lebih memfokuskan pada perekonomian dalam negeri. Bagaimana caranya pemerintah lebih serius menangani perekonomian dalam negeri agar semakin tumbuh? Kuncinya adalah pembangunan sektor riil. Dan yang terutama, berarti pemerintah harus membenahi infrastruktur dalam negeri. Karena inilah yang menjadi hambatan perekonomian dalam negeri. Bisa dibayangkan, dengan kondisi jalan yang selalu rusak, bagaimana sektor pertanian, perdagangan dan perindustrian bisa berjalan baik. Anggaran perbaikan jalan dan jembatan sebenarnya ada. Tetapi masalahnya tata kelola anggaran itu yang bermasalah. Terlalu banyak yang dikorupsi. Sebagai contoh, belum lama ini terjadi korupsi di departemen tenaga kerja dan transmigrasi. Ada anggaran pembangunan infrastruktur untuk 19 kabupaten di Papua. Satu kabupaten ada yang mendapat 500 milyar.Itu kan besar sekali. Tetapi proyek apa yang dijalankan di sana? Belum jelas. Yang saat ini sudah jelas malah kasus korupsinya. Sekiranya 500 milyar itu benar-benar digunakan untuk pembangunan, insya Allah akan menampung tenaga kerja yang tidak sedikit, bila sudah berhasil dibangun akan menggeliatkan perekonomian daerah.
Pesan untuk Indonesia, jangan memisahkan antara urusan agama dengan dunia. Jangan memisahkan antara masalah ekonomi dengan hukum fiqh. Karena Islam memiliki solusi untuk seluruh aspek kehidupan. Di dalam Islam, riba itu haram. Orang yang yang memakan riba digambarkan akan berjalan limbung seperti orang mabuk. Perekonomian ribawi akan membuat negara menjadi limbung dan tidak stabil. Contohnya sekarang adalah AS dan Eropa. Basis perekonomiannya non riil, landasannya ribawi semua. Akhirnya perekonomiannya sekarang amblas. Indonesia harus belajar dari kegagalan negara-negara maju. Jangan lagi tergantung pada perekonomian ribawi.  Sekarang memang banyak perbankan yang sudah mulai beralih ke syariah, tetapi belum ada yang sempurna. Kesempurnaan itu akan tercapai kalau pengaturan politiknya juga berlandaskan syariah. Umat Islam akan bangkit, kalau menjalankan sistem politik Islam. Rasulullah Saw telah memberikan keteladanan dengan peran Beliau sebagai Kepala Negara Daulah Islamiyah. Para Shahabat dan kaum muslimin sesudahnya melanjutkannya dalam bentuk Khilafah Islamiyah.
Divisi PSDI Akhwat (RS)


0 comments: