Ancaman Liberalisasi Pasar ASEAN

Tanpa terasa tak lebih 1,5 tahun lagi Indonesia bakal memasuki dunia baru perdagangan negara-negara Asean. Liberalisasi perdagangan negara-negara Asia Tenggara yang menjadi bagian kerjasama Masyarakat Ekonomi Asean (Asean Economic Community/AEC) akan efektif 31 Desember 2015.

Seperti diketahui, AEC merupakan bagian dari tiga pilar kerjasama negara-negara Asean. Dua pilar lainnya adalah Asean Political-Security Community (APSC) dan Asean Social and Cultural Community (ASCC).Pertanyaannya apakah AEC menjadi peluang atau sebaliknya sebuah ancaman?

Saat berlakunya pasar tunggal tersebut bukan hanya akan terjadi aliran barang saja, tapi juga jasa, investasi, dan tenaga kerja trampil yang lebih bebas keluar masuk di negara-negara Asean. Berdasarkan kesepakatan, ada 12 sektor yang menjadi prioritas integrasi yakni, pertanian, otomotif, elektronik, perikanan, kesehatan, karet, ICT, tekstil, kehutanan, penerbangan, pariwisata dan pelayanan logistik.

Melihat pengalaman kerjasama pasar bebas, ternyata bangsa Indonesia tak cukup siap menghadapi hal tersebut. Misalnya, saat Pemerintah Indonesia meneken kontrak kerjasama dengan Cina dalam CAFTA (China Asean Free Trade Area), ternyata banyak yang terkaget-kaget saat membanjirnya produk Negeri Tirai Bambu ke pasar Indonesia.

Direktur Kerjasama Asean, Kementerian Luar Negeri, Iwan Suyudhie Amri mengakui, dari tiga pilar yang telah disepakati negara-negara Asean yakni politik-keamanan, ekonomi, dan sosial budaya, persoalan yang kritikal dan berdampak langsung adalah integrasi ekonomi.

“Kami berharap bangsa Indonesia tidak kaget dengan pasar bebas Asean ini. Jangan sampai kasus CAFTA terulang lagi. Sebab komitmen negara-negara Asean sebenarnya sudah disepakati sejak Tahun 2003,” katanya.

Indonesia bisa menjadi negara besar yang kehilangan pasar, karena dimanfaatkan negara-negara lain.


Potensi Jadi Ancaman

Jika melihat potensi Indonesia dalam dunia ekonomi memang cukup besar. Hasil penelitian, Standard Chartered Global Research menyebutkan, besarnya populasi usia kerja di Indonesia akan mendukung pertumbuhan ekonomi jangka menengah dan panjang. Kondisi ini menjadikan Indonesia pasar domestik yang besar dan tenaga kerja yang melimpah.

Menurut Iwan, pasar domestik yang besar akan melindungi Indonesia dari guncangan eksternal dan memperkuat ketahanan finansial nasional. Sementara transformasi tenaga kerja dari sektor pertanian ke sektor lain dengan pendapatan lebih tinggi akan memperkuat kelas menengah yang menjadi tulang punggung ‘super cycle’ di Indonesia.

Sementara itu Kajian HSBC secara spesifik menyebutkan bahwa Indonesia memiliki profil demografis terbaik di antara negara-negara anggota ASEAN lainnya sebagaidestinasi investasi asing. Antara lain jumlah penduduk keempat terbesar di dunia, dan terus berkembang dari 242 juta orang (2012) menjadi 300 juta (2050).

Ketersediaan tenaga kerja yang sangat besar dengan jumlah penduduk usia produktif 165 juta orang (2012) menjadi 183 juta orang (2020). Selain itu, pasar domestik yang dinamis dengan jumlah kelas menengah yang terus meningkat, kaya sumber daya alam yang menarik bagi pasar ekspor. Tingkat permintaan domestik yang cukup kuat untuk menumbuhkan GDP di atas 6 persen pada tahun 2012-2013.

Melihat potensi besar tersebut memang bisa menjadi peluang besar bagi bangsa Indonesia untuk mengisi pasar Asean. Sebaliknya, jika tidak siap dengan AEC, maka bangsa Indonesia bakal rugi besar.

Sebab, dampaknya akan berlangsung instan. Bahkan Indonesia bisa menjadi negara besar yang kehilangan pasar, karena dimanfaatkan negara-negara lain. Bahkan jumlah penduduk Indonesia yang sangat besar menjadi pasar menarik bagi produk luar negeri.

Sinyal tersebut disampaikanDuta Besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Thailand, Lutfi Rauf. Menurutnya, Dewan Investasi Thailand telah mengidentifikasi Indonesia, Vietnam, dan Myanmar sebagai target investasi bagi pengusaha Negeri Gajah Putih tersebut.

Pemerintah Thailand terus mendorong ekspansi investasi pengusaha Thailand, khususnya SMEs ke negara-negara tetangga di kawasan. Dewan Investasi Thailand telah mengidentifikasi Indonesia, Myanmar, dan Vietnam sebagai tujuan investasi.

Thailand kini maju pesat dalam beberapa industri seperti otomotif, pertanian, pengolahan makanan, packaging.Thailand juga menjadi negara pesaing produk Indonesia khususnya bidang udang, karet, dan otomotif.SDM Thailand umumnya merupakan tenaga yang terlatih dan memiliki kualifikasi pendidikan. Kalau begitu, Indonesia bisa menjadi bulan-bulanan negara lain.[] Joe Lian


Referensi http://hizbut-tahrir.or.id/

0 comments: